Wednesday 7 November 2012

BAHASA ROH


BAHASA ROH
SUATU DINAMIKA ROHANI



PROLOUGE.

            Jarum jam belum menunjukkan angka 09.00 pagi waktu Yerusalem, tetapi Amos sudah kesulitan untuk mencari tempat duduk, karena warung-warung dekat tempat ia menginap sudah penuh. Ia juga tidak terlalu paham dengan pembicaraan masing-masing kelompok dalam warung atau rumah makan lain, karena mereka berkelompok sesuai dengan asal mereka. Ada yang dari daratan Eropa, Asia, Afrika, serta sekitar Yudea. Hanya satu hal yang ia tangkap, bahwa mereka sedang membicarakan agenda yang mungkin diadakan hari ini oleh ke-imaman Yerusalem, karena hari ini tepat perayaan Pentakosta.
            Akhirnya ia menemukan teman-teman sekampungnya yang berasal dari Kirene (Salah satu daerah di Etiophia), duduk bergerombol sambil menikmati sarapan mereka. Amos bergabung dan segera asyik masuk dalam obrolan, yang tidak berbeda temanya dengan kelompok dari bangsa lain di warung itu. Hari ini, seluruh laki-laki baik dari keturunan Yahudi, maupun penganut Yahudi yang taat sedang berkumpul di Yerusalem, mengucap syukur atas panen melimpah yang mereka hasilkan. Amos merasa sangat bahagia dapat menghadiri perayaan ke-2 dari tiga perayaan dalam kalender Yahudi itu. Sekian lama Amos menabung dan menantikan untuk dapat hadir seperti hari ini. Ia senang, karena kini bisa melihat, bahwa ia memang bagian dari persaudaraan bangsa-bangsa dengan bahasa, kulit, budaya, dan bentuk tubuh yang berbeda yang tergabung dalam masyarakat Yudaisme.
            Seperti kelompok lainnya, mereka tengah membicarakan, apa yang akan mereka lihat dalam perayaan khusus kaum pria ini. Simon bercerita, bahwa tahun lalu ia hadir dan menyaksikan drama kolosal ke-imaman Yerusalem betul-betul fantastis. Di dukung oleh ratusan artis, para imam Yerusalem menyajikan dengan apik kisah panen yang sangat membanggakan. Kini Simon, Amos dan yang lain berharap prosesi Pentakosta tahun ini lebih menarik, karena selain keimaman Yerusalem pasti menampilkan sesuatu yang berbeda, tahun ini juga dihadiri lebih banyak peserta dari berbagai bangsa. Tidak lupa mereka menebak menu apa yang disiapkan Sie Konsumsi.
Belum selesai Amos menyantap sarapannya, diskusi mereka terhenti oleh suara ledakan, atau lebih tepatnya suara guruh yang sangat keras tidak jauh dari mereka makan. Tanpa menghiraukan perutnya lagi, Amos dan kawan-kawan segera berhamburan menuju lokasi suara, yang berada di seberang warung tempat mereka makan. Ini sungguh aneh! Kalau ledakan ini terdengar di Kuningan, Legian Bali, Ambon atau Poso, Kereta bawah tanah di Madrid atau menara kembar WTC, hotel JW Marriot atau Ritz Charlton, dapat dipastikan ledakan kematian. Namun dari loteng Yerusalem yang menjadi sumber ledakan, tidak nampak kerusakan apapun, apalagi kematian! Bahkan yang ada, orang-orang dari berbagai bangsa dibuat heran oleh tingkah laku 120 orang yang sedang menari dan memuji Allah. Mulut Amos ternganga tanpa sengaja, bukankah mereka ini murid penista agama Yahudi yang sering ia dengar dan lihat gambarnya? Bahkan kabarnya kelompok ini sedang dicari para pembela agama Yahudi,  karena telah murtad dengan mengikuti Yesus, dan menganggapnya sebagai Tuhan dan raja. Sekarang, Amos melihat mereka menari dan mendengar dengan jelas, mereka sedang memuji kebesaran Allah Israel “dengan bahasa Kirene”! Amos melihat para sahabatnya, merekapun tidak kalah bingungnya melihat kejadian ini. Bahkan orang-orang dengan kulit dan bentuk tubuh yang aneh menurut Amos, juga mengalami hal yang serupa dengannya. Amos tidak tahu, bahwa setiap orang dari berbagai bangsa di situ sedang menikmati pujian yang dinaikkan 120 orang di loteng Yerusalem itu dalam bahasa mereka. Jelas, ini bukan bagian pertunjukkan Pentakosta dari ke-imaman Yerusalem, sebab pelakunya adalah mereka yang justru sedang dikejar kelompok garis keras Yahudi untuk dihakimi, karena mereka telah murtad.
Lalu apa artinya ini semua? Sebagian kerumunan yang sedang bingung itu berasumsi, “Mereka mabuk anggur manis.” Tuh, orang kalau lagi bingung, bisa berpendapat, dia pikir benar, tetapi ngawur. Makanya kalau sedang terjadi sesuatu dalam gereja Tuhan, dan kita belum jelas benar, sebaiknya jemaat Tuhan tidak cepat-cepat berasumsi. Bukankah asumsi yang sering membuat gereja berantem, karena mengangap pendapatnya yang paling benar? Seorang Gembala Sidang, yang adalah bapak rohani saya, pernah berkata, “Jangan cepat berpendapat ketika terjadi kegerakan dalam gereja. Jangan cepat berkata sesat, sebab kalau kegerakan itu berasal dari Tuhan, maka kita sedang berurusan dengan-Nya.”
Petrus, si pengecut yang lari ketakutan saat menyangkal Yesus meskipun hanya menghadapi budak perempuan, kini berdiri gagah menjadi juru bicara kelompok loteng Yerusalem. Saya bisa mengerti, kalau lautan manusia (karena yang terima Yesus saja 3.000 orang, artinya yang mendengar Petrus berbicara pasti lebih dari itu) itu bisa tenang mendengar Petrus berbicara. BAHASA ROH dijadikan langkah awal TUHAN untuk menarik perhatian mereka. Jadi jangan heran kalau BAHASA ROH selalu menjadi kontroversi dalam gereja.
Dalam bahasan berikut, saya akan mengupas, mengapa BAHASA ROH penting dalam gereja. Tanpa mengurangi rasa hormat, bagi Saudara pembaca yang tidak setuju bahwa BAHASA ROH masih ada dalam gereja, atau BAHASA ROH dalam gereja sekarang sudah keblinger, biarlah itu menjadi pemahaman Saudara tanpa harus diperdebatkan. Bagi yang percaya, biarlah itu terjadi sesuai imanmu, bagi yang tidak mengakui, biarlah juga seperti imanmu. Yang penting SEGALA KEMULIAAN hanya bagi DIA YANG DUDUK di TAHTA dan bagi ANAK DOMBA.

















No comments:

Post a Comment