Monday 23 October 2017

Mengenal Kristen Ortodoks Syiria: Ajaran Kristen Dengan Ritual Salat, Puasa Dan Haji

Beberapa waktu belakangan ini, ramai tersebar di seputar dunia maya sebuah gerakan dari ajaran Kristen Ortodoks Syiria. Varian (sekte) dari agama Kristen ini dari tampilan luarnya mirip dengan tampilan luar kaum muslim. Yang pria berpeci, yang wanita berjilbab. Bahkan, ada beberapa ibadah mereka yang persis dengan ibadah umat Islam. Seperti shalat, puasa dan mereka pun berhaji, meski tata caranya tidak sama. Ajaran ini bukanlah ajaran agama baru, dan yang gerakannya baru terjadi belakangan ini. Seperti apa sesungguhnya Kristen Ortodoks Syiria itu, yang dalam agama kristen sendiri mereka sebut sekte Kanisah Ortodoks Syiria?

Sejarah menyebutkan, paham ortodoks lahir dari perselisihan antara Gereja Alexandria, Gereja Roma, dan Kaisar Konstantin. Puncaknya, pada masa Kaisar Bizantium Marqilanus (450-458 M) seabad lebih sebelum Nabi Muhammad lahir di Mekkah (571). Kala itu, tepatnya pada tahun 451, diadakan Majma Khalkaduniyah (Konsili Kalkedonia) dalam hal ketuhanan. Buntut dari konsili ini menimbulkan perpecahan di antara gereja-gereja yang sulit disatukan kembali.

Nah, rupanya, sejak inilah umat Kristen terpecah menjadi dua. Di satu pihak berpusat di Roma dan Bizantium, dipimpin Bapa Laon (440-461). Kelompok ini mengakui, al-Masih mempunyai dua sifat: Tuhan dan manusia. Kelompok ini kemudian lebih dikenal dengan Kristen dan Katholik.

Di pihak lain, berpusat di Alexandria dan Antakia di bawah pimpinan Bapa Disqures (444-454 Masehi). Kelompok ini berpegang kuat pada sifat tunggal bagi al-Masih. Mereka tidak setuju dengan aliran Kristen yang mengakui sifat Tuhan sekaligus manusia. Kelompok inilah yang kemudian dikenal dengan kelompok ortodoks. Nama 'ortodoks' dipakai karena berarti: menganut ajaran agama yang dianggap benar, yang asli. Karena itu, penganut ortodoks mencoba untuk hidup secara lurus, sesuai dengan tuntutan awal dari kelahiran agamanya.

Penganut ortodoks sendiri terdiri atas beberapa toifah (komunitas berdasarkan kesamaan kultur, tradisi, bahasa, dan bangsa). Karenanya ada toifah Koptik, Syrian, Armenian, dan Habasah. Sedang 'aqidahnya' sama.

Kanisah Ortodoks Syria (KOS) mengklaim punya bukti sejarah, bahwa Injil yang pertama berbahasa Arab Syria. Menurut mereka, bahwa al-Masih &emdash;kalangan penganut KOS pantang menyebut Nabi Isa as dengan Yesus seperti lazimnya digunakan penganut Kristen Katholik/Protestan, tetapi lebih suka menyebutnya dengan al-Masih atau Sayyidina Isa al-Masih&emdash; berbicara dengan menggunakan bahasa Syria. Injil diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada tahun 643. Hingga sekarang, Injil yang digunakan penganut paham Ortodoks Syria, Irak, Lebanon, dan Mesir, adalah berbahasa Arab. Memang, antara bahasa Syria dan bahasa Arab terdapat kemiripan dan persamaannya.



Awal mula Kristen Ortodoks Syiria di Indonesia





Di Indonesia, KOS mulai diperkenalkan secara resmi oleh Bambang Noorsena, SH. Berdasarkan akte notaris tertanggal 17 September 1997, Bambang mulai memperkenalkan KOS. Sebelumnya, selama 2 tahun (1995-1997), alumnus Fakultas Hukum Universitas Kristen Cipta Wacana Malang ini, keliling ke Timur Tengah &emdash;di antaranya Suriah, Damaskus, Mesir, Yordan, Libanon, Palestina, dan Israel&emdash; untuk mempelajari pola-pola ajaran KOS. Karena di Indonesia belum mempunyai gereja, kerapkali pengajian-pengajian jamaah KOS ini dilakukan di hotel: di Jakarta, Surabaya, maupun Malang. Sebab itu pula keberadaan KOS di Indonesia masih berbentuk lembaga studi dengan nama 'Studia Syriaca Ortodoxia' berpusat di Malang, Jawa Timur.

BERMULA dari keingintahuannya tentang ajaran Kristen yang berwajah oriental, Bambang Noorsena, 34 tahun, menelaah teks Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ia juga melakukan perjalanan ke beberapa negara Timur Tengah pada 1995-1997. "Saya melacak jejak historis Gereja Anthiokia purba yang dikisahkan dalam Kitab Kisah Para Rasul," katanya kepada Gatra. Pencariannya tidak sia-sia. Bambang menemukan ajaran Kristen Ortodoks yang berpusat di Anthiokia, Syria.

Dalam ajaran Ortodoks itu Bambang Noorsena menemukan jembatan yang bisa menghubungkan antara Kristen dan Islam yang dipeluk mayoritas penduduk Indonesia. Lalu, warga Malang, Jawa Timur, yang tercatat sebagai jemaat Kristen Jawi Wetan itu berguru khusus kepada Mar Ignatius Zaka al Awwal al Uwais yang berkedudukan sebagai Patriark Anthiokia dan seluruh wilayah Timur. Mar Ignatius dikenal juga sebagai Rais al Aliy (Pemimpin Tertinggi) Gereja Ortodoks Syria. "Selama belajar di sana saya menemukan kembali akar kekristenan semitik. Inilah penerus dan pewaris Kristen yang pertama," kata Bambang.

Dalam Kisah Para Rasul disebutkan, sepeninggal Isa, Rasul Petrus bertugas sebagai patriark yang pertama di Anthiokia. Selama tujuh tahun Rasul Petrus menjalani misi sucinya, sebelum bertugas ke Roma. "Sejak saat itu ajaran Kristen mengalami proses Helenisasi, diikuti dengan Westernisasi," ujar Bambang Noorsena menjelaskan.

Pemimpin tertinggi KOS adalah Patriakh, yang sekarang dipegang oleh Patriakh Mar Ignatius Zakka I Iwas di Suriah. Berdasarkan Konstitusi 1991, KOS terdiri atas 20 keuskupan yang tersebar di seluruh dunia. Di bawah uskup ada abuna (pemimpin). KOS di Indonesia belum sampai ke tingkat abuna, karena belum mempunyai gereja. Yang ada, kata Bambang, baru sebatas Syekhul Injil (penginjil). Itu sebabnya, untuk menjadi penganut KOS di Indonesia terlebih dulu dilakukan proses pembaptisan oleh Abuna Abraham Oo Men di Singapura.

Yang menarik, dalam menjalankan ibadah ritualnya, Ortodoks Syria ini menjalankan salat tujuh waktu dalam sehari semalam, dengan menggunakan bahasa Arab. Mereka juga membaca Kitab Injil -dalam bahasa Arab- mirip orang Islam Sedang mengaji Al-Quran.

Diakui oleh Syaikh Efiaim Bar Nabba Bambang Noorsena, pimpinan Gereja Ortodoks Syria, dalam makalah yang disampaikan pada Syiar Injiliyah di Hotel Surabaya, 19 Juni 1998. Salat dalam Kristen sebenarnya mengikuti salat yang berlaku dalam Yahudi, yaitu tiga kali: petang, pagi, dan tengah hari. Dalam bahasa Ibraninya disebut: ‘erev wa boker we tsohorayim. Atau, dalam bahasa Arabnya disebut: Puasa’an wa .subhanda dhuhran. Namun, seperti dimuat Talmud, setelah penghancuran Baitul Maqdis dan eksodus ke Babilonia, ditetapkan satu waktu salat lagi, yaitu jam kesembilan, yang disebut minhah. “Menurut hitungan waktu Yahudi, kira-kira pukul tiga petang. Sejajar dengan waktu asar dalam Islam,” kata Noorseno. Dan, selanjutnya berkembang menjadi tujuh waktu.
Salat-salat mereka adalah salat sa’atul awwal yang dalam istilah gereja Latin disebut laudes (salat subuh), salat .saatut atau hora tertia ( salat duha, sekitar pukul 09.00 pagi), salat sa tu.s .sadis atau hora sexta (setara dengan waktu duhur), salat satut tis’ah atau minah atau hora nona (yang setara dengan asar), salat sa’atul ghurub atau verper (salat magrib), salat nawm, atau virgi/ (sama dengan salat isya), dan salat layl atau salat satar atau copletorium (salat tengah malam yang dalam Islam dikenal dengan nama tahajud.
Namun, diakui Noorseno salat dalam konsep Kristen ini tidak terkait dengan syariah, seperti dalam Islam. “Melainkan lebih berlandaskan pada keinsafan batin,” katanya. Ini, menurut Presbyter Daniel Bambang, dilakukan hukan untuk mencari pahala. Tapi, untuk mengasihi Tuhan. “Karena, yang menyelamatkan manusia bukan karena perbuatan dan amal baik seseorang, melainkan karena kasih dan karunia Allah.”

Setiap salat terdiri dari tiga rakaat (satuan gerakan). Pada rakaat pertama hanya dilakukan qiyam (berdiri). Pada rakaat kedua dilakukan rukuk, dan sujud. Pada saat rukuk dan sujud ini dilakukan gerakan tanda salib. Dan, doa yang digunakan dalam bahasa Arab, Aram, Yunani, dan Ibrani. Lalu dibacakan pujian (qari’ah) yang dikutip dari kitab Mazmur. Pada rakaat ketiga dilakukan pembacaan kanun al imam, semacam pengakuan kepada Tuhan (syahadat) yang dikenal dalam Cereja Ortodoks.
Tak hanya itu, sebelum salat ditunaikan. ada semacam azan, panggilan untuk salat. Dalam panggilan salat ini ada kalimat yang mirip dalam Islam, misalnya hanya alashalah (marilah kita salat). Hayya alassalah bisa/am (marilah kita salat dengan damai). Dan, sebelum acara salat dilakukan, diawali dengan pembacaan Injil.

Kiblat Timur

Pada saat salat, mereka menghadap ke timur, mengikuti tradisi Yesus yang kala itu menghadapkan kiblat salatnya ke Baitul Maqdis, Jerusalem. Namun, karena Jerus;llem hancur, orang-orang Kristen menjadikLm tubuh Jesus sendiri sebagai kiblat. Hanya karena tubuh Jesus kini di surga (istiwa all yaminillah), sesuai dengan Ayat Kejadian: 28, yang menyatakan surga di timur. Salat mereka menghadap ke timur.
Tak hanya itu persamaan dengan Islam. Tenyata mereka juga mengenal haji. Ibadah haji ke Palestina ini termasuk ibadah non-sakramen, seperti juga salat, zakat persepuluhan, serta puasa. Berdasan Kitab Ulangan 16: 16-17 disebutkan hag atau haji dilakukan ke tanah suci Palestina menjelang Pekan Kudus (perayaan Paskah). tiga kali dalam setahun. Dan. sepulangnya, setiap orang Kristen Ortodoks mendapatkan sertifikat dari Patliauk Jerusalem dengan sebutan hadzi (untuk pria) dan hldzina (untuk wanita).


1. Adapun tata cara salatnya dimulai dengan posisi berdiri yang dipimpin oleh seorang imam berpakaian jubah warna hitam. Imam meletakkan kedua tangan di dada, membuat tanda salib, lalu mengucapkan lafaz dalam bahasa Arab: Bismil Abi wal Ibni wa Ruhil Quddus Ilahu Wahid (Demi nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, Allah Yang Maha Esa). Jamaah menyambutnya: Amin.
2. Imam melanjutkan berdoa dengan mengangkat kedua tangan dan disahuti oleh jamaah.
3. Setelah membuat tanda salib berikutnya, imam membungkukkan badan seperti posisi ruku, dan mengucapkan: Quddusun Anta, ya Allah (Kuduslah Engkau, ya Allah). Jamaah menyahut dengan menyucikan nama Allah Yang Mahakuasa, Yang Tak Berkematian. Jamaah memohon kasih sayang Allah yang telah disalibkan sebagai ganti umat manusia.
4. Imam berdiri tegak dan menadahkan tangan lagi.
5. Lalu imam bersujud, dan diikuti seluruh jamaah. Ketika bangun dari sujud, imam membaca Subhanaka Allahumma (Mahasuci Engkau, ya Allah), jamaah menyahut bersamaan. Sambil menadahkan tangan, imam dan jamaah membaca Doa Rabbaniyah (Doa Bapa Kami versi bahasa Arab).
6. Selanjutnya dibaca Salam Walidatullah (atawa Salam Maria).
7. Imam kemudian membaca petikan Zabur (alias Mazmur dalam bahasa Aramaik), dan salat pun berakhir.

Kini, pengikut ajaran "baru" itu sudah ratusan jumlahnya, terutama di kalangan anak muda terpelajar. Mereka tersebar di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Malang. Untuk menghimpun jamaah, Bambang Noorsena membentuk Yayasan Kanisah Ortodoks Syria. Peresmiannya diselenggarakan di Hotel Milenium di Jakarta, Barnabas Suebu (mantan Gubernur Irian Jaya) duduk sebagai ketua umum yayasan. Sedangkan Dr. Anton Lesiangi (tokoh teras di Kosgoro) sebagai sekretaris umum. Mereka memang masih belum mempunyai gereja sendiri, karena masih menunggu sang imam yang bakal ditasbihkan di Syria.

Meskipun demikian, sejauh ini yayasan tersebut belum tercatat dalam komunitas Kristen di Indonesia. Hal itu dikemukakan oleh Jan Kawatu, Direktur Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kristen Protestan, Departemen Agama, kepada Gatra.

Selama ini, menurut Jan, untuk mengontrol lahirnya yayasan dari aliran-aliran keagamaan di lingkungan Kristen Protestan, pihaknya telah mengeluarkan surat edaran yang disampaikan kepada para notaris, agar mereka tidak mengesahkan berdirinya sebuah yayasan atau lembaga kristen sebelum mendapat izin resmi dari Direktur Bimas Kristen. "Izin itu kan perlu untuk mengetahui siapa mereka, apa tujuannya, dan macam apa alirannya," kata Jan. Selain itu, menurut Jan, Bimas Kristen Protestan sudah menutup pintu bagi aliran baru. "Tidak ada lagi izin bagi aliran baru," kata Jan menegaskan.

Pelajaran apa yang bisa kita petik, kaum muslimin dengan adanya gerakan ajaran kristen yang mirip Islam ini? Bahwa, apa yang tampak sama dari luar belum tentu sama dengan yang didalam. Selama kita masih bisa berpegang teguh pada ajaran Al-quran dan Hadist, insyaallah kita tidak akan terpengaruh dengan berbagai ajaran/sekte yang menyerupai Islam. Bukankah Allah sendiri telah berjanji, bahwa keaslian Al-Quran akan terjaga hingga akhir zaman? Sepintar apapun orang non muslim meniru ayat-ayat Al-Quran, dan semirip apapun orang non muslim beribadah menurut syariat islam, selama keimanan kita tetap mengacu pada Al-Quran dan Hadist, Islam akan tetap terjaga.

Sumber : http://jurnalis.wordpress.com/1998/10/03/gereja-dengan-haji-dan-salat/
             : http://kristenkritis.blogspot.com/2011/01/sekte-kristen-kanisakh-ortodoks-syria.html


Tuesday 3 October 2017

KERAJAAN ALLAH (bagian III)



KERAJAAN ALLAH
(Bagian III Chara)
(Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Roma 14:17)

Kerajaan Allah bukanlah soal makan dan minum, bukan perkara fisik. Sebab apa yang bisa kita lihat akan binasa dan tidak kekal. Paulus menekankan bahwa Kerajaan Allah yang bersumber dari Allah sendiri memiliki:
Pertama KEBENARAN (DIKAIOSUNE)
Kedua  DAMAI SEJAHTERA (SHALOM/EIRENE)
Nilai yang ke tiga dari Kerajaan Allah yang ditawarkan Yesus adalah SUKACITA. Kata ini berasal dari bahasa Yunani Chara. Yang menarik, kata CHARA berasal dari kata CHARIS yang berarti anugerah/rahmat. Menarik karena sukacita tidak bisa dilepaskan dari anugerah, sebab itu ayat di atas Paulus memberi tambahan sukacita dengan “oleh Roh Kudus”.
Jika Anda sedang duduk di depan computer mengerjakan pekerjaan yang tidak juga selesai karena sulit. Tiba-tiba teman Anda datang menawarkan secangkir kopi dan membantu mengerjakan tugas itu serta menyelesaikannya. Atau saat hujan Anda hendak pulang kantor lalu kebetulan teman satu komplek lewat dan menawarkan tumpangan di mobilnya.
Sebaliknya, bayangkan juga seandainya pekerjaan Anda belum juga selesai, teman-teman tidak peduli sementara deadline semakin mendekat. Atau bagaimana perasaan Anda saat ditinggal oleh ibu yang sangat mengasihi dan Anda kasihi.
Dua situasi yang bisa saja diresponi secara berbeda. Ada orang yang memiliki respon berlawanan, namun tidak sedikit yang mampu meresponi sama, yakni:  “Allah turut bekerja dalam segala perkara, untuk mendatangkan kebaikan….” Mengucap syukurlah dalam segala hal ……..”
Sukacita yang sesungguhnya adalah kondisi yang tidak dapat dipengaruhi oleh situasi atau tekanan dari luar. Justru dalam kondisi sulit, sukacita yang bersumber dari anugerah Allah akan terlihat semakin baik. Jemaat Tesalonika sedang mengalami tekanan besar akibat penganiayaan, namun situasi ini tidak menghambat sukacita besar (I Tes 1:6).
Sukacita oleh Roh Kudus seharusnya bukan sekedar mood atau emosi sesaat, tetapi sebuah pemahaman bahwa semua yang terjadi berada dalam kontrol Allah. Pemahaman seperti ini memampukan kita memahami: “Bapa tidak pernah memberikan batu kepada anak-Nya yang meminta roti, atau ular bagi yang butuh ikan”. Jika kita sampai pada nilai ini, maka kita tidak hanya melihat sebuah puzzle kehidupan, namun mampu melihat letak sebuah puzzle dan menempatkannya dengan benar. Tidak melihat secara parsial, namun secara utuh sebuah rancangan Tuhan. Dalam hal inilah Yusuf bisa berkata: “Memang kamu mereka-rekakan yang jahat, tetapi Allah mereka-rekakan yang baik …… (Kej 50:20)”.
Karena sumber sukacita adalah ALLAH, maka kembali dalam perumpamaan pokok anggur yang benar (Yoh 15), ranting tidak bisa menunjukkan dan menemukan sukacita tanpa menempel (tinggal) pada Pokoknya.
Jangan pernah meninggalkan Sang Pokok, sehingga sukacita Kerajaan Allah terus kita nikmati: dalam situasi apapun! Selamat berjuang. Bersama Tuhan kita bisa!