Tuesday 3 October 2017

KERAJAAN ALLAH (bagian III)



KERAJAAN ALLAH
(Bagian III Chara)
(Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Roma 14:17)

Kerajaan Allah bukanlah soal makan dan minum, bukan perkara fisik. Sebab apa yang bisa kita lihat akan binasa dan tidak kekal. Paulus menekankan bahwa Kerajaan Allah yang bersumber dari Allah sendiri memiliki:
Pertama KEBENARAN (DIKAIOSUNE)
Kedua  DAMAI SEJAHTERA (SHALOM/EIRENE)
Nilai yang ke tiga dari Kerajaan Allah yang ditawarkan Yesus adalah SUKACITA. Kata ini berasal dari bahasa Yunani Chara. Yang menarik, kata CHARA berasal dari kata CHARIS yang berarti anugerah/rahmat. Menarik karena sukacita tidak bisa dilepaskan dari anugerah, sebab itu ayat di atas Paulus memberi tambahan sukacita dengan “oleh Roh Kudus”.
Jika Anda sedang duduk di depan computer mengerjakan pekerjaan yang tidak juga selesai karena sulit. Tiba-tiba teman Anda datang menawarkan secangkir kopi dan membantu mengerjakan tugas itu serta menyelesaikannya. Atau saat hujan Anda hendak pulang kantor lalu kebetulan teman satu komplek lewat dan menawarkan tumpangan di mobilnya.
Sebaliknya, bayangkan juga seandainya pekerjaan Anda belum juga selesai, teman-teman tidak peduli sementara deadline semakin mendekat. Atau bagaimana perasaan Anda saat ditinggal oleh ibu yang sangat mengasihi dan Anda kasihi.
Dua situasi yang bisa saja diresponi secara berbeda. Ada orang yang memiliki respon berlawanan, namun tidak sedikit yang mampu meresponi sama, yakni:  “Allah turut bekerja dalam segala perkara, untuk mendatangkan kebaikan….” Mengucap syukurlah dalam segala hal ……..”
Sukacita yang sesungguhnya adalah kondisi yang tidak dapat dipengaruhi oleh situasi atau tekanan dari luar. Justru dalam kondisi sulit, sukacita yang bersumber dari anugerah Allah akan terlihat semakin baik. Jemaat Tesalonika sedang mengalami tekanan besar akibat penganiayaan, namun situasi ini tidak menghambat sukacita besar (I Tes 1:6).
Sukacita oleh Roh Kudus seharusnya bukan sekedar mood atau emosi sesaat, tetapi sebuah pemahaman bahwa semua yang terjadi berada dalam kontrol Allah. Pemahaman seperti ini memampukan kita memahami: “Bapa tidak pernah memberikan batu kepada anak-Nya yang meminta roti, atau ular bagi yang butuh ikan”. Jika kita sampai pada nilai ini, maka kita tidak hanya melihat sebuah puzzle kehidupan, namun mampu melihat letak sebuah puzzle dan menempatkannya dengan benar. Tidak melihat secara parsial, namun secara utuh sebuah rancangan Tuhan. Dalam hal inilah Yusuf bisa berkata: “Memang kamu mereka-rekakan yang jahat, tetapi Allah mereka-rekakan yang baik …… (Kej 50:20)”.
Karena sumber sukacita adalah ALLAH, maka kembali dalam perumpamaan pokok anggur yang benar (Yoh 15), ranting tidak bisa menunjukkan dan menemukan sukacita tanpa menempel (tinggal) pada Pokoknya.
Jangan pernah meninggalkan Sang Pokok, sehingga sukacita Kerajaan Allah terus kita nikmati: dalam situasi apapun! Selamat berjuang. Bersama Tuhan kita bisa!

No comments:

Post a Comment