JUMAT AGUNG
MELENYAPKAN HARAPAN YANG
SALAH.
Shalom,
Jumat Agung merupakan salah satu peristiwa monumental dalam kekristenan. Di
sinilah kunci keselamatan manusia ketika fisik Yesus harus mati sebagai syarat
agar manusia dikembalikan kepada kodrat ciptaan, yakni serupa dan segambar
dengan ALLAH.
Manusia
tidak mungkin datang kepada Allah, tetapi Allah yang harus datang menyelamatkan
manusia. Sebab itu, pemberitaan Injil sangat berbeda dengan berita agama. Agama
mengajarkan perbuatan baik, menuntun manusia kepada kebaikan, namun hanya
sebatas baik tetapi tidak bisa menjadi benar. Injil menjadikan seseorang benar
terlebih dahulu (Ef. 2:8-9 Sebab karena kasih
karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian
Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.)
baru orang benar bisa melakukan kebaikan. Kebaikan yang dilihat Allah adalah
kebaikan karena pembenaran yang dikerjakan oleh Kristus, sedangkan kesalehan
manusia, apapun bentuknya dianggap tidak memiliki arti ( Yesaya 64:6
Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami
seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap
oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.). Bagaimana mungkin
kita berharap membersihkan sesuatu dengan memakai kain kotor. Yang ada justru semakin tida layak.
Apa makna Jumat Agung bagi kita?
JUMAT AGUNG MELENYAPKAN HARAPAN YANG SALAH.
1. BERHARAP HANYA DALAM HIDUP
DI DUNIA SAJA (I Korintus 15:19 Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada
Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia).
Para murid sungguh-sungguh berharap Kristus kelak akan
menjadi raja yang akan membebaskan mereka dari penjajahan silih berganti.
Babel, Persia, Yunani, dan sekarang Romawi. Mereka begitu yakin dengan
pengharapan ini ( Matius 20:20-21 Maka datanglah ibu
anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di
hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: "Apa
yang kaukehendaki?" Jawabnya:
"Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam
Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah
kiri-Mu."). Bagaimana tidak, mujizat mereka lihat
setiap hari. Roh-roh jahat dengan sangat mudah ditaklukkan, orang sakit
disembuhkan, orang mati dibangkitkan. Jika nanti datang kelaparan, maka Yesus
cukup dengan gandum yang ada, mengingat 5 roti dan 2 ikan sanggup membuat
kenyang puluhan ribu orang bahkan masih tersisa 12 bakul. Ini tentu raja yang
sangat cocok memerintah Israel yang sedang tertindas dan menderita. Namun
endingnya mereka mengalami kekecewaan. Yesus tergantung di kayu salib dan
menghembuskan nafas terakhirNya. Para murid melarikan diri, mereka harus
bersembunyi (Yoh 20:19 Ketika hari itu sudah malam, yaitu hari pertama dalam minggu itu,
dan pintu-pintu tempat para murid berkumpul tertutup karena mereka takut kepada
orang-orang Yahudi, Yesus datang dan berdiri di tengah-tengah mereka serta
berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!”). Yudas harus gantung diri, karena
berpikir harapannya menjadi bendahara kerajaan kandas. Banyak orang berkata
bahwa Yudas menjual Yesus bukan karena butuh uang, sebab kalau itu pikiran
Yudas, maka 30 keping perak pasti dikantongi dengan sukacita. Uang itu
dilemparkan karena kecewa. Ia menjual Yesus karena ingin segera menjadikan
Yesus raja. Dengan konfrontasi langsung, maka Yudas berpikir Yesus akan melawan
ketika ditangkap, mengerahkan kekuatannya persis film kungfu kolosal pedang
langit dan golok naga, lalu rakyat yang melihat kekuatan supranatural Yesus,
mereka ikut-mengangkat senjata. Yesus dan rakyat menang, Yesus diangkat jadi
raja dan Yudas ditunjuk jadi bendahara Negara karena selama ini, Yudaslah
bendahara rombongan. Apalagi baru-baru ini, Yesus disambut meriah ketika masuk
ke Yerusalem, rakyat begitu antusias dengan membawa daun palem dan
menghamparkan jubahnya, sebuah tradisi ketika rakyat menyambut pahlawan yang
menang perang. Namun harapan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah hanya
berakhir dengan kekecewaan.
Betapa kekristenan kita banyak
diwarnai dengan cara berpikir yang salah tentang pengharapan kepada Tuhan.
Dalam keterbatasan kita, manusia hanya berpikir bagaimana hidup baik menurut
keinginan manusiawi. Tidak sedikit mereka yang aktif dalam berbagai kegiatan
gerejani namun hanya mengharapkan upah duniawi, lupa berpikir surgawi. Yang penting bagaimana menikmati
berkat di sini, di dunia ini. Ini mendorong orang yang menyebut dirinya Kristen
bergaya hedonism. Berdoa sedemikian rupa, meyakinkan diri sendiri bahwa Tuhan
memperhatikan hidup mereka dengan berusaha menikmati apa yang mereka inginkan.
Main klaim janji-janji Tuhan tanpa berpikir bagaimana nanti hidup setelah
kematian.
Liburan sedikit saja sudah berpikir
healing. Padahal yang membutuhkan healing itu orang sakit! Ini membuktikan
bahwa manusia-manusia yang membutuhkan healing adalah orang yang sakit. Apalagi
ibu-ibu. Jangan dilawan ibu-ibu, karena mereka pasti tidak akan pernah ngaku
salah jika memang benar. Tetapi jika mereka salah, tetap akan merasa benar.
Kita mungkin memiliki harapan.
Dan harapan itu benar, namun jika harapan itu berdasar kepentingan di dunia ini
saja, maka Allah tidak akan berkenan. Kolose 3:23. Jadi biarlah setiap mimpi,
cita-cita, keinginan kita semua bukan saja sekedar untuk dunia ini, melainkan
juga untuk hidup yang akan datang.
2. KEPENTINGAN DIRI
SENDIRI (Yoh 11:45-53)
Para pemimpin berkumpul. Mereka sedang membicarakan perkara penting yang
menyangkut keselamatan rakyat. Yesus sudah menjadi ancaman rakyat, karena kalau
sampai mereka mengikut Yesus, maka akan sangat berbahaya, sebab bisa menjadi
alasan tentara Romawi menyerang Israel kembali, sebagaimana pengalaman mereka (
KPR 5:34-37).
Selain rakyat yang menderita, mereka juga harus berpikir tentang kemanan
Bait Allah yang menjadi symbol persatuan seluruh Israel. Bait Allah tidak boleh
hancur, karena akan berdampak kepada kehidupan nasional Israel. Dan itu terbukti
ketika tahun 70 M, jendral Titus menghancurkan Yerusalem dan Bait Allah, maka
tidak ada lagi Negara yang bernama Israel sampai diinisaisi oleh Inggris tahun
1948. Jadi betapa pentingnya mengorbankan Yesus demi kebaikan seluruh rakyat .
Sepertinya mereka peduli dengan rakyat, namun sesungguhnya sedang
memikirkan diri mereka sendiri (Yoh 11:48).
Bagaimana tidak, para pemimpin agama adalah orang-orang terpilih.Mereka
bukan saja menjadi orang yang sangat dihormati, tetapi juga mendapat harta yang
cukup besar. Akibat zona nyaman mereka, maka Yesus dijadikan tumbal kepentingan
politik mereka.
Secara alamiah, setiap orang memiliki ego dan cenderung egois. Menurut kamus Webster, egois atau
mementingkan diri sendiri (selfish) bisa diartikan: memperhatikan
diri sendiri secara tidak pantas atau berlebihan; mendahulukan kenyamanan
dan keuntungan diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain.
Orang yang egois adalah orang yang menjadikan dirinya sebagai pusat, lebih
mengutamakan kepentingan dan perasaannya sendiri tapi tidak mempedulikan
kepentingan dan perasaan orang lain. Bahkan kehidupan orang-orang Kristen juga
cenderung egois, padahal ini bisa berbahaya ("Sebab di mana ada iri
hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam
perbuatan jahat." Yakobus 3:16).
Harapan mereka,
Yesus dan ajaran-Nya habis seiring dengan kematian Yesus ternyata salah.
Kekristenan bahkan berkembang sangat cepat, bahkan saat ini tercatat 2,38 M
dari 8 Milyar penduduk dunia adalah pengikut Kristus. Tidak heran jika Yahudi
saat ini menganggap Kristen sebagai bidat atau agama yang menyimpang. Dua agama
yang sama-sama tumbuh dari keturunan Abraham, mengakui Perjanjian Lama,
menjadikan Yerusalem sebagai kota suci, sama-sama mengakui adanya Mesias. Yang
membedakan, kita mengakui Kristus sebagai Mesias yang dijanjikan, sementara
Yahudi masih berharap kedatangan Mesias.
Kematian Yesus
menjadi jawaban bagi pergumulan egoism ini. Yesus rela menderita, itu dimulai
ketika Yesus ada di Getsemani (Matius 26:36-44). Yesus mau memberikan Diri-Nya
sendiri sebagai kemurahan hati Bapa untuk menyelamatkan manusia. Bukan
kehancuran. "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu
adalah murah hati." (Lukas 6:36). Dikatakan
pula, "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka
akan beroleh kemurahan." (Matius 5:7).
No comments:
Post a Comment