Friday 7 April 2023

JUMAT AGUNG

 

JUMAT AGUNG

MELENYAPKAN HARAPAN YANG SALAH.

 

 

Shalom, Jumat Agung merupakan salah satu peristiwa monumental dalam kekristenan. Di sinilah kunci keselamatan manusia ketika fisik Yesus harus mati sebagai syarat agar manusia dikembalikan kepada kodrat ciptaan, yakni serupa dan segambar dengan ALLAH.

Manusia tidak mungkin datang kepada Allah, tetapi Allah yang harus datang menyelamatkan manusia. Sebab itu, pemberitaan Injil sangat berbeda dengan berita agama. Agama mengajarkan perbuatan baik, menuntun manusia kepada kebaikan, namun hanya sebatas baik tetapi tidak bisa menjadi benar. Injil menjadikan seseorang benar terlebih dahulu (Ef. 2:8-9 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.) baru orang benar bisa melakukan kebaikan. Kebaikan yang dilihat Allah adalah kebaikan karena pembenaran yang dikerjakan oleh Kristus, sedangkan kesalehan manusia, apapun bentuknya dianggap tidak memiliki arti ( Yesaya 64:6 Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.). Bagaimana mungkin kita berharap membersihkan sesuatu dengan memakai kain kotor. Yang ada  justru semakin tida layak.

 

Apa makna Jumat Agung bagi kita?

JUMAT AGUNG MELENYAPKAN HARAPAN YANG SALAH.

 

1.    BERHARAP HANYA DALAM HIDUP DI DUNIA SAJA (I Korintus 15:19 Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia).

Para murid sungguh-sungguh berharap Kristus kelak akan menjadi raja yang akan membebaskan mereka dari penjajahan silih berganti. Babel, Persia, Yunani, dan sekarang Romawi. Mereka begitu yakin dengan pengharapan ini ( Matius 20:20-21 Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu."). Bagaimana tidak, mujizat mereka lihat setiap hari. Roh-roh jahat dengan sangat mudah ditaklukkan, orang sakit disembuhkan, orang mati dibangkitkan. Jika nanti datang kelaparan, maka Yesus cukup dengan gandum yang ada, mengingat 5 roti dan 2 ikan sanggup membuat kenyang puluhan ribu orang bahkan masih tersisa 12 bakul. Ini tentu raja yang sangat cocok memerintah Israel yang sedang tertindas dan menderita. Namun endingnya mereka mengalami kekecewaan. Yesus tergantung di kayu salib dan menghembuskan nafas terakhirNya. Para murid melarikan diri, mereka harus bersembunyi (Yoh 20:19 Ketika hari itu sudah malam, yaitu hari pertama dalam minggu itu, dan pintu-pintu tempat para murid berkumpul tertutup karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, Yesus datang dan berdiri di tengah-tengah mereka serta berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!”). Yudas harus gantung diri, karena berpikir harapannya menjadi bendahara kerajaan kandas. Banyak orang berkata bahwa Yudas menjual Yesus bukan karena butuh uang, sebab kalau itu pikiran Yudas, maka 30 keping perak pasti dikantongi dengan sukacita. Uang itu dilemparkan karena kecewa. Ia menjual Yesus karena ingin segera menjadikan Yesus raja. Dengan konfrontasi langsung, maka Yudas berpikir Yesus akan melawan ketika ditangkap, mengerahkan kekuatannya persis film kungfu kolosal pedang langit dan golok naga, lalu rakyat yang melihat kekuatan supranatural Yesus, mereka ikut-mengangkat senjata. Yesus dan rakyat menang, Yesus diangkat jadi raja dan Yudas ditunjuk jadi bendahara Negara karena selama ini, Yudaslah bendahara rombongan. Apalagi baru-baru ini, Yesus disambut meriah ketika masuk ke Yerusalem, rakyat begitu antusias dengan membawa daun palem dan menghamparkan jubahnya, sebuah tradisi ketika rakyat menyambut pahlawan yang menang perang. Namun harapan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah hanya berakhir dengan kekecewaan.

Betapa kekristenan kita banyak diwarnai dengan cara berpikir yang salah tentang pengharapan kepada Tuhan. Dalam keterbatasan kita, manusia hanya berpikir bagaimana hidup baik menurut keinginan manusiawi. Tidak sedikit mereka yang aktif dalam berbagai kegiatan gerejani namun hanya mengharapkan upah duniawi, lupa berpikir  surgawi. Yang penting bagaimana menikmati berkat di sini, di dunia ini. Ini mendorong orang yang menyebut dirinya Kristen bergaya hedonism. Berdoa sedemikian rupa, meyakinkan diri sendiri bahwa Tuhan memperhatikan hidup mereka dengan berusaha menikmati apa yang mereka inginkan. Main klaim janji-janji Tuhan tanpa berpikir bagaimana nanti hidup setelah kematian.

Liburan sedikit saja sudah berpikir healing. Padahal yang membutuhkan healing itu orang sakit! Ini membuktikan bahwa manusia-manusia yang membutuhkan healing adalah orang yang sakit. Apalagi ibu-ibu. Jangan dilawan ibu-ibu, karena mereka pasti tidak akan pernah ngaku salah jika memang benar. Tetapi jika mereka salah, tetap akan merasa benar.

Kita mungkin memiliki harapan. Dan harapan itu benar, namun jika harapan itu berdasar kepentingan di dunia ini saja, maka Allah tidak akan berkenan. Kolose 3:23. Jadi biarlah setiap mimpi, cita-cita, keinginan kita semua bukan saja sekedar untuk dunia ini, melainkan juga untuk hidup yang akan datang.

 

2.    KEPENTINGAN DIRI SENDIRI  (Yoh 11:45-53)

Para pemimpin berkumpul. Mereka sedang membicarakan perkara penting yang menyangkut keselamatan rakyat. Yesus sudah menjadi ancaman rakyat, karena kalau sampai mereka mengikut Yesus, maka akan sangat berbahaya, sebab bisa menjadi alasan tentara Romawi menyerang Israel kembali, sebagaimana pengalaman mereka ( KPR 5:34-37).

Selain rakyat yang menderita, mereka juga harus berpikir tentang kemanan Bait Allah yang menjadi symbol persatuan seluruh Israel. Bait Allah tidak boleh hancur, karena akan berdampak kepada kehidupan nasional Israel. Dan itu terbukti ketika tahun 70 M, jendral Titus menghancurkan Yerusalem dan Bait Allah, maka tidak ada lagi Negara yang bernama Israel sampai diinisaisi oleh Inggris tahun 1948. Jadi betapa pentingnya mengorbankan Yesus demi kebaikan seluruh rakyat .

Sepertinya mereka peduli dengan rakyat, namun sesungguhnya sedang memikirkan diri mereka sendiri (Yoh 11:48).

Bagaimana tidak, para pemimpin agama adalah orang-orang terpilih.Mereka bukan saja menjadi orang yang sangat dihormati, tetapi juga mendapat harta yang cukup besar. Akibat zona nyaman mereka, maka Yesus dijadikan tumbal kepentingan politik mereka.

Secara alamiah, setiap orang memiliki ego dan cenderung egois. Menurut kamus Webster, egois atau mementingkan diri sendiri (selfish) bisa diartikan:  memperhatikan diri sendiri secara tidak pantas atau berlebihan;  mendahulukan kenyamanan dan keuntungan diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain.  Orang yang egois adalah orang yang menjadikan dirinya sebagai pusat, lebih mengutamakan kepentingan dan perasaannya sendiri tapi tidak mempedulikan kepentingan dan perasaan orang lain. Bahkan kehidupan orang-orang Kristen juga cenderung egois, padahal ini bisa berbahaya ("Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat."  Yakobus 3:16).

Harapan mereka, Yesus dan ajaran-Nya habis seiring dengan kematian Yesus ternyata salah. Kekristenan bahkan berkembang sangat cepat, bahkan saat ini tercatat 2,38 M dari 8 Milyar penduduk dunia adalah pengikut Kristus. Tidak heran jika Yahudi saat ini menganggap Kristen sebagai bidat atau agama yang menyimpang. Dua agama yang sama-sama tumbuh dari keturunan Abraham, mengakui Perjanjian Lama, menjadikan Yerusalem sebagai kota suci, sama-sama mengakui adanya Mesias. Yang membedakan, kita mengakui Kristus sebagai Mesias yang dijanjikan, sementara Yahudi masih berharap kedatangan Mesias.

Kematian Yesus menjadi jawaban bagi pergumulan egoism ini. Yesus rela menderita, itu dimulai ketika Yesus ada di Getsemani (Matius 26:36-44). Yesus mau memberikan Diri-Nya sendiri sebagai kemurahan hati Bapa untuk menyelamatkan manusia. Bukan kehancuran.  "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."  (Lukas 6:36).  Dikatakan pula,  "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan."  (Matius 5:7).

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment