Berita
yang merilis bahwa BOPI mengeluarkan ijin terselenggaranya ISL menjadi
hot topik beberapa hari belakangan. Memang akan sangat disayangkan jika
sebuah pesta rakyat dengan segala kelebihan dan kekurangannya kalau
sampai tidak jadi digulirkan. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia,
sepakbola mampu menyihir mereka sehingga dapat melupakan sejenak
masalah-masalah yang mereka hadapi. Para lansia-pun tertolong daya
ingatnya karena asyik menikmati tontonan dan membuat motoriknya
digerakkan oleh nostalgia dan prediksi.
Namun
berita baik bagi masyarakat agaknya belum juga mempengaruhi PSSI yang
terlalu asyik berkompetisi dengan KPSI. PSSI agaknya lupa dengan salah
satu tujuan utama oraganisasi sebagai Pembina sepakbola di Indonesia.
Karena ketakutan citranya semakin tercoreng, maka PSSI justru focus
kepada klub-klub ISL. Beberapa hari belakangan ini PSSI mencoba merayu
klub-klub ISL agar mau kembali ke yuridiksi PSSI, mau melepaskan
pemainnya untuk PPA dan ironis justru berkutat dengan Persib Bandung
yang justru di dalamnya sendiri belum ada kata sepakat – Farhan dan Umuh
berbeda pendapat -.
Keteledoran
PSSI tentang kompetisi agaknya akan mengulang musim lalu. Musim lalu
mereka dipusingkan dengan tuntutan mantan IPL untuk bisa bergabung
dengan kasta tertinggi sepakbola mengingat mereka pion runtuhnya rezim
NH yang akhirnya menghasilkan keputusan 24 klub. Sayangnya keputusan ini
tidak disetujui klub ISL yang mengakibatkan klub dibawah PSSI mengalami
kekurangan persiapan akibat keputusan PSSI yang berubah-ubah. Kini
permasalahan berbeda dengan focus yang sama kembali mendera PSSI yakni
menghadapi klub-klub ISL.
Akibat
focus yang salah ini, PT LPIS dan PSSI lupa bahwa klub-klub LPI
membutuhkan kepastian. Musim kompetisi tinggal sebulan lagi, namun hanya
klub-klub mapan semisal SPFC dan Arema IPL yang sudah memiliki
persiapan sementara klub seperti Persiba Bantul bahkan harus memulangkan
pemain yang juga belum pasti nasibnya apakah dikontrak atau tidak
sampai batas waktu yang belum ditentukan. Seharusnya PSSI sudah harus
focus bahkan sudah memiliki draft serta jadwal kompetisi mengingat waktu
yang tinggal hitungan hari. Kalau memakai alasan karena pengelola LPIS
masih baru rasanya kurang tepat, mengingat mereka sudah dua kali
menggulirkan kompetisi saat masih illegal dan tahun kemarin yang sudah
legal. Apalagi kabarnya News Corp siap menjadi sponsor.
Kesalahan
PSSI saat ini saya pikir karena mereka justru terseret alur permainan
yang diciptakan oleh KPSI. Kalau PSSI mau konsisten, seharusnya tidak
usah memusingkan ISL, jalankan saja program terutama kompetisi dengan
baik mengingat kompetisi adalah corong utama federasi. Program baik atau
tidaknya dinilai dari kompetisi. Dari kompetisi inilah nanti akan
terasah talenta-talenta yang bias dipergunakan untuk Timnas. Jika PSSI
tidak bias focus di kompetisi dan masih ikut alur permainan KPSI,
mungkinkah Terbentuk Timnas yang tangguh sebagai muara semua program
PSSI?
No comments:
Post a Comment