Beberapa waktu belakangan ini, ramai tersebar di seputar dunia maya
sebuah gerakan dari ajaran Kristen Ortodoks Syiria. Varian (sekte) dari
agama Kristen ini dari tampilan luarnya mirip dengan tampilan luar kaum
muslim. Yang pria berpeci, yang wanita berjilbab. Bahkan, ada beberapa
ibadah mereka yang persis dengan ibadah umat Islam. Seperti shalat,
puasa dan mereka pun berhaji, meski tata caranya tidak sama. Ajaran ini
bukanlah ajaran agama baru, dan yang gerakannya baru terjadi belakangan
ini. Seperti apa sesungguhnya Kristen Ortodoks Syiria itu, yang dalam
agama kristen sendiri mereka sebut sekte Kanisah Ortodoks Syiria?
Sejarah menyebutkan, paham ortodoks lahir dari perselisihan antara
Gereja Alexandria, Gereja Roma, dan Kaisar Konstantin. Puncaknya, pada
masa Kaisar Bizantium Marqilanus (450-458 M) seabad lebih sebelum Nabi
Muhammad lahir di Mekkah (571). Kala itu, tepatnya pada tahun 451,
diadakan Majma Khalkaduniyah (Konsili Kalkedonia) dalam hal ketuhanan.
Buntut dari konsili ini menimbulkan perpecahan di antara gereja-gereja
yang sulit disatukan kembali.
Nah, rupanya, sejak inilah umat Kristen terpecah menjadi dua. Di satu
pihak berpusat di Roma dan Bizantium, dipimpin Bapa Laon (440-461).
Kelompok ini mengakui, al-Masih mempunyai dua sifat: Tuhan dan manusia.
Kelompok ini kemudian lebih dikenal dengan Kristen dan Katholik.
Di pihak lain, berpusat di Alexandria dan Antakia di bawah pimpinan Bapa
Disqures (444-454 Masehi). Kelompok ini berpegang kuat pada sifat
tunggal bagi al-Masih. Mereka tidak setuju dengan aliran Kristen yang
mengakui sifat Tuhan sekaligus manusia. Kelompok inilah yang kemudian
dikenal dengan kelompok ortodoks. Nama 'ortodoks' dipakai karena
berarti: menganut ajaran agama yang dianggap benar, yang asli. Karena
itu, penganut ortodoks mencoba untuk hidup secara lurus, sesuai dengan
tuntutan awal dari kelahiran agamanya.
Penganut ortodoks sendiri terdiri atas beberapa toifah (komunitas
berdasarkan kesamaan kultur, tradisi, bahasa, dan bangsa). Karenanya ada
toifah Koptik, Syrian, Armenian, dan Habasah. Sedang 'aqidahnya' sama.
Kanisah Ortodoks Syria (KOS) mengklaim punya bukti sejarah, bahwa Injil
yang pertama berbahasa Arab Syria. Menurut mereka, bahwa al-Masih
&emdash;kalangan penganut KOS pantang menyebut Nabi Isa as dengan
Yesus seperti lazimnya digunakan penganut Kristen Katholik/Protestan,
tetapi lebih suka menyebutnya dengan al-Masih atau Sayyidina Isa
al-Masih&emdash; berbicara dengan menggunakan bahasa Syria. Injil
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada tahun 643. Hingga sekarang,
Injil yang digunakan penganut paham Ortodoks Syria, Irak, Lebanon, dan
Mesir, adalah berbahasa Arab. Memang, antara bahasa Syria dan bahasa
Arab terdapat kemiripan dan persamaannya.
Awal mula Kristen Ortodoks Syiria di Indonesia
Di Indonesia, KOS mulai diperkenalkan secara resmi oleh Bambang
Noorsena, SH. Berdasarkan akte notaris tertanggal 17 September 1997,
Bambang mulai memperkenalkan KOS. Sebelumnya, selama 2 tahun
(1995-1997), alumnus Fakultas Hukum Universitas Kristen Cipta Wacana
Malang ini, keliling ke Timur Tengah &emdash;di antaranya Suriah,
Damaskus, Mesir, Yordan, Libanon, Palestina, dan Israel&emdash;
untuk mempelajari pola-pola ajaran KOS. Karena di Indonesia belum
mempunyai gereja, kerapkali pengajian-pengajian jamaah KOS ini dilakukan
di hotel: di Jakarta, Surabaya, maupun Malang. Sebab itu pula
keberadaan KOS di Indonesia masih berbentuk lembaga studi dengan nama
'Studia Syriaca Ortodoxia' berpusat di Malang, Jawa Timur.
BERMULA dari keingintahuannya tentang ajaran Kristen yang berwajah
oriental, Bambang Noorsena, 34 tahun, menelaah teks Kitab Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru. Ia juga melakukan perjalanan ke beberapa
negara Timur Tengah pada 1995-1997. "Saya melacak jejak historis Gereja
Anthiokia purba yang dikisahkan dalam Kitab Kisah Para Rasul," katanya
kepada Gatra. Pencariannya tidak sia-sia. Bambang menemukan ajaran
Kristen Ortodoks yang berpusat di Anthiokia, Syria.
Dalam ajaran Ortodoks itu Bambang Noorsena menemukan jembatan yang bisa
menghubungkan antara Kristen dan Islam yang dipeluk mayoritas penduduk
Indonesia. Lalu, warga Malang, Jawa Timur, yang tercatat sebagai jemaat
Kristen Jawi Wetan itu berguru khusus kepada Mar Ignatius Zaka al Awwal
al Uwais yang berkedudukan sebagai Patriark Anthiokia dan seluruh
wilayah Timur. Mar Ignatius dikenal juga sebagai Rais al Aliy (Pemimpin
Tertinggi) Gereja Ortodoks Syria. "Selama belajar di sana saya menemukan
kembali akar kekristenan semitik. Inilah penerus dan pewaris Kristen
yang pertama," kata Bambang.
Dalam Kisah Para Rasul disebutkan, sepeninggal Isa, Rasul Petrus
bertugas sebagai patriark yang pertama di Anthiokia. Selama tujuh tahun
Rasul Petrus menjalani misi sucinya, sebelum bertugas ke Roma. "Sejak
saat itu ajaran Kristen mengalami proses Helenisasi, diikuti dengan
Westernisasi," ujar Bambang Noorsena menjelaskan.
Pemimpin tertinggi KOS adalah Patriakh, yang sekarang dipegang oleh
Patriakh Mar Ignatius Zakka I Iwas di Suriah. Berdasarkan Konstitusi
1991, KOS terdiri atas 20 keuskupan yang tersebar di seluruh dunia. Di
bawah uskup ada abuna (pemimpin). KOS di Indonesia belum sampai ke
tingkat abuna, karena belum mempunyai gereja. Yang ada, kata Bambang,
baru sebatas Syekhul Injil (penginjil). Itu sebabnya, untuk menjadi
penganut KOS di Indonesia terlebih dulu dilakukan proses pembaptisan
oleh Abuna Abraham Oo Men di Singapura.
Yang menarik, dalam menjalankan ibadah ritualnya, Ortodoks Syria ini
menjalankan salat tujuh waktu dalam sehari semalam, dengan menggunakan
bahasa Arab. Mereka juga membaca Kitab Injil -dalam bahasa Arab- mirip
orang Islam Sedang mengaji Al-Quran.
Diakui oleh Syaikh Efiaim Bar Nabba Bambang Noorsena, pimpinan Gereja
Ortodoks Syria, dalam makalah yang disampaikan pada Syiar Injiliyah di
Hotel Surabaya, 19 Juni 1998. Salat dalam Kristen sebenarnya mengikuti
salat yang berlaku dalam Yahudi, yaitu tiga kali: petang, pagi, dan
tengah hari. Dalam bahasa Ibraninya disebut: ‘erev wa boker we
tsohorayim. Atau, dalam bahasa Arabnya disebut: Puasa’an wa .subhanda
dhuhran. Namun, seperti dimuat Talmud, setelah penghancuran Baitul
Maqdis dan eksodus ke Babilonia, ditetapkan satu waktu salat lagi, yaitu
jam kesembilan, yang disebut minhah. “Menurut hitungan waktu Yahudi,
kira-kira pukul tiga petang. Sejajar dengan waktu asar dalam Islam,”
kata Noorseno. Dan, selanjutnya berkembang menjadi tujuh waktu.
Salat-salat mereka adalah salat sa’atul awwal yang dalam istilah gereja
Latin disebut laudes (salat subuh), salat .saatut atau hora tertia (
salat duha, sekitar pukul 09.00 pagi), salat sa tu.s .sadis atau hora
sexta (setara dengan waktu duhur), salat satut tis’ah atau minah atau
hora nona (yang setara dengan asar), salat sa’atul ghurub atau verper
(salat magrib), salat nawm, atau virgi/ (sama dengan salat isya), dan
salat layl atau salat satar atau copletorium (salat tengah malam yang
dalam Islam dikenal dengan nama tahajud.
Namun, diakui Noorseno salat dalam konsep Kristen ini tidak terkait
dengan syariah, seperti dalam Islam. “Melainkan lebih berlandaskan pada
keinsafan batin,” katanya. Ini, menurut Presbyter Daniel Bambang,
dilakukan hukan untuk mencari pahala. Tapi, untuk mengasihi Tuhan.
“Karena, yang menyelamatkan manusia bukan karena perbuatan dan amal baik
seseorang, melainkan karena kasih dan karunia Allah.”
Setiap salat terdiri dari tiga rakaat (satuan gerakan). Pada rakaat
pertama hanya dilakukan qiyam (berdiri). Pada rakaat kedua dilakukan
rukuk, dan sujud. Pada saat rukuk dan sujud ini dilakukan gerakan tanda
salib. Dan, doa yang digunakan dalam bahasa Arab, Aram, Yunani, dan
Ibrani. Lalu dibacakan pujian (qari’ah) yang dikutip dari kitab Mazmur.
Pada rakaat ketiga dilakukan pembacaan kanun al imam, semacam pengakuan
kepada Tuhan (syahadat) yang dikenal dalam Cereja Ortodoks.
Tak hanya itu, sebelum salat ditunaikan. ada semacam azan, panggilan
untuk salat. Dalam panggilan salat ini ada kalimat yang mirip dalam
Islam, misalnya hanya alashalah (marilah kita salat). Hayya alassalah
bisa/am (marilah kita salat dengan damai). Dan, sebelum acara salat
dilakukan, diawali dengan pembacaan Injil.
Kiblat Timur
Pada saat salat, mereka menghadap ke timur, mengikuti tradisi Yesus yang
kala itu menghadapkan kiblat salatnya ke Baitul Maqdis, Jerusalem.
Namun, karena Jerus;llem hancur, orang-orang Kristen menjadikLm tubuh
Jesus sendiri sebagai kiblat. Hanya karena tubuh Jesus kini di surga
(istiwa all yaminillah), sesuai dengan Ayat Kejadian: 28, yang
menyatakan surga di timur. Salat mereka menghadap ke timur.
Tak hanya itu persamaan dengan Islam. Tenyata mereka juga mengenal haji.
Ibadah haji ke Palestina ini termasuk ibadah non-sakramen, seperti juga
salat, zakat persepuluhan, serta puasa. Berdasan Kitab Ulangan 16:
16-17 disebutkan hag atau haji dilakukan ke tanah suci Palestina
menjelang Pekan Kudus (perayaan Paskah). tiga kali dalam setahun. Dan.
sepulangnya, setiap orang Kristen Ortodoks mendapatkan sertifikat dari
Patliauk Jerusalem dengan sebutan hadzi (untuk pria) dan hldzina (untuk
wanita).
1. Adapun tata cara salatnya dimulai dengan posisi berdiri yang dipimpin
oleh seorang imam berpakaian jubah warna hitam. Imam meletakkan kedua
tangan di dada, membuat tanda salib, lalu mengucapkan lafaz dalam bahasa
Arab: Bismil Abi wal Ibni wa Ruhil Quddus Ilahu Wahid (Demi nama Bapa
dan Putra dan Roh Kudus, Allah Yang Maha Esa). Jamaah menyambutnya:
Amin.
2. Imam melanjutkan berdoa dengan mengangkat kedua tangan dan disahuti oleh jamaah.
3. Setelah membuat tanda salib berikutnya, imam membungkukkan badan
seperti posisi ruku, dan mengucapkan: Quddusun Anta, ya Allah (Kuduslah
Engkau, ya Allah). Jamaah menyahut dengan menyucikan nama Allah Yang
Mahakuasa, Yang Tak Berkematian. Jamaah memohon kasih sayang Allah yang
telah disalibkan sebagai ganti umat manusia.
4. Imam berdiri tegak dan menadahkan tangan lagi.
5. Lalu imam bersujud, dan diikuti seluruh jamaah. Ketika bangun dari
sujud, imam membaca Subhanaka Allahumma (Mahasuci Engkau, ya Allah),
jamaah menyahut bersamaan. Sambil menadahkan tangan, imam dan jamaah
membaca Doa Rabbaniyah (Doa Bapa Kami versi bahasa Arab).
6. Selanjutnya dibaca Salam Walidatullah (atawa Salam Maria).
7. Imam kemudian membaca petikan Zabur (alias Mazmur dalam bahasa Aramaik), dan salat pun berakhir.
Kini, pengikut ajaran "baru" itu sudah ratusan jumlahnya, terutama di
kalangan anak muda terpelajar. Mereka tersebar di Jakarta, Bandung,
Surabaya, dan Malang. Untuk menghimpun jamaah, Bambang Noorsena
membentuk Yayasan Kanisah Ortodoks Syria. Peresmiannya diselenggarakan
di Hotel Milenium di Jakarta, Barnabas Suebu (mantan Gubernur Irian
Jaya) duduk sebagai ketua umum yayasan. Sedangkan Dr. Anton Lesiangi
(tokoh teras di Kosgoro) sebagai sekretaris umum. Mereka memang masih
belum mempunyai gereja sendiri, karena masih menunggu sang imam yang
bakal ditasbihkan di Syria.
Meskipun demikian, sejauh ini yayasan tersebut belum tercatat dalam
komunitas Kristen di Indonesia. Hal itu dikemukakan oleh Jan Kawatu,
Direktur Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kristen Protestan, Departemen
Agama, kepada Gatra.
Selama ini, menurut Jan, untuk mengontrol lahirnya yayasan dari
aliran-aliran keagamaan di lingkungan Kristen Protestan, pihaknya telah
mengeluarkan surat edaran yang disampaikan kepada para notaris, agar
mereka tidak mengesahkan berdirinya sebuah yayasan atau lembaga kristen
sebelum mendapat izin resmi dari Direktur Bimas Kristen. "Izin itu kan
perlu untuk mengetahui siapa mereka, apa tujuannya, dan macam apa
alirannya," kata Jan. Selain itu, menurut Jan, Bimas Kristen Protestan
sudah menutup pintu bagi aliran baru. "Tidak ada lagi izin bagi aliran
baru," kata Jan menegaskan.
Pelajaran apa yang bisa kita petik, kaum muslimin dengan adanya gerakan
ajaran kristen yang mirip Islam ini? Bahwa, apa yang tampak sama dari
luar belum tentu sama dengan yang didalam. Selama kita masih bisa
berpegang teguh pada ajaran Al-quran dan Hadist, insyaallah kita tidak
akan terpengaruh dengan berbagai ajaran/sekte yang menyerupai Islam.
Bukankah Allah sendiri telah berjanji, bahwa keaslian Al-Quran akan
terjaga hingga akhir zaman? Sepintar apapun orang non muslim meniru
ayat-ayat Al-Quran, dan semirip apapun orang non muslim beribadah
menurut syariat islam, selama keimanan kita tetap mengacu pada Al-Quran
dan Hadist, Islam akan tetap terjaga.
Sumber : http://jurnalis.wordpress.com/1998/10/03/gereja-dengan-haji-dan-salat/
: http://kristenkritis.blogspot.com/2011/01/sekte-kristen-kanisakh-ortodoks-syria.html
Monday, 23 October 2017
Tuesday, 3 October 2017
KERAJAAN ALLAH (bagian III)
KERAJAAN ALLAH
(Bagian III Chara)
(Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan
dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh
Kudus. Roma 14:17)
Kerajaan Allah
bukanlah soal makan dan minum, bukan perkara fisik. Sebab apa yang bisa kita
lihat akan binasa dan tidak kekal. Paulus menekankan bahwa Kerajaan Allah yang
bersumber dari Allah sendiri memiliki:
Pertama KEBENARAN (DIKAIOSUNE)
Kedua DAMAI SEJAHTERA (SHALOM/EIRENE)
Nilai yang ke tiga dari Kerajaan Allah yang ditawarkan Yesus adalah SUKACITA. Kata ini berasal dari bahasa
Yunani Chara. Yang menarik, kata CHARA
berasal dari kata CHARIS yang
berarti anugerah/rahmat. Menarik karena sukacita tidak bisa dilepaskan dari
anugerah, sebab itu ayat di atas Paulus memberi tambahan sukacita dengan “oleh
Roh Kudus”.
Jika Anda sedang duduk di depan computer mengerjakan pekerjaan yang
tidak juga selesai karena sulit. Tiba-tiba teman Anda datang menawarkan
secangkir kopi dan membantu mengerjakan tugas itu serta menyelesaikannya. Atau
saat hujan Anda hendak pulang kantor lalu kebetulan teman satu komplek lewat
dan menawarkan tumpangan di mobilnya.
Sebaliknya, bayangkan juga seandainya pekerjaan Anda belum juga
selesai, teman-teman tidak peduli sementara deadline semakin mendekat. Atau bagaimana
perasaan Anda saat ditinggal oleh ibu yang sangat mengasihi dan Anda kasihi.
Dua situasi yang bisa saja diresponi secara berbeda. Ada orang yang
memiliki respon berlawanan, namun tidak sedikit yang mampu meresponi sama,
yakni: “Allah turut bekerja dalam segala
perkara, untuk mendatangkan kebaikan….” Mengucap syukurlah dalam segala hal ……..”
Sukacita yang sesungguhnya adalah kondisi yang tidak dapat dipengaruhi
oleh situasi atau tekanan dari luar. Justru dalam kondisi sulit, sukacita yang
bersumber dari anugerah Allah akan terlihat semakin baik. Jemaat Tesalonika
sedang mengalami tekanan besar akibat penganiayaan, namun situasi ini tidak
menghambat sukacita besar (I Tes 1:6).
Sukacita oleh Roh Kudus seharusnya bukan sekedar mood atau emosi
sesaat, tetapi sebuah pemahaman bahwa semua yang terjadi berada dalam kontrol Allah.
Pemahaman seperti ini memampukan kita memahami: “Bapa tidak pernah memberikan
batu kepada anak-Nya yang meminta roti, atau ular bagi yang butuh ikan”. Jika kita
sampai pada nilai ini, maka kita tidak hanya melihat sebuah puzzle kehidupan,
namun mampu melihat letak sebuah puzzle dan menempatkannya dengan benar. Tidak
melihat secara parsial, namun secara utuh sebuah rancangan Tuhan. Dalam hal
inilah Yusuf bisa berkata: “Memang kamu mereka-rekakan yang jahat, tetapi Allah
mereka-rekakan yang baik …… (Kej 50:20)”.
Karena sumber sukacita adalah ALLAH, maka kembali dalam perumpamaan
pokok anggur yang benar (Yoh 15), ranting tidak bisa menunjukkan dan menemukan
sukacita tanpa menempel (tinggal) pada Pokoknya.
Jangan pernah meninggalkan Sang Pokok, sehingga sukacita Kerajaan Allah
terus kita nikmati: dalam situasi apapun! Selamat berjuang. Bersama Tuhan kita
bisa!
Monday, 11 September 2017
KERAJAAN ALLAH (bagian II)
KERAJAAN ALLAH
(Bagian II Shalom)
(Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan
dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh
Kudus. Roma 14:17)
Saya mengingatkan
bahwa mementingkan KERAJAAN ALLAH berarti kita datang dengan membawa kebenaran
dengan sebuah tindakan nyata. Kebenaran kadang menyakitkan daging, bisa saja
merugikan namun kebenaran yang kita lakukan akan membebaskan kita. Dengan
menjauhi rokok, maka Anda dimerdekakan dari keterikatan dengan rokok.
Menjauhkan diri dari judi, maka Anda dimerdekakan dari kerugian akibat judi.
Menjauhkan diri dari minuman keras membuat Anda dimerdekakan dari efek negative
minuman keras dan mabuk. Meski ada teman Anda mencap Anda banci, tetapi Anda
dimerdekakan dari efek kedagingan.
Bagian ke dua NILAI dari KERAJAAN ALLAH adalah DAMAI
SEJAHTERA. Nilai ini merupakan hasil penyandaran pada hubungan dengan
Allah, yang memiliki makna keadaan istirahat yang tenang, dihasilkan dari
mencari Allah. Paulus memakai kata Eirene
(Εἰρήνη merupakan terjemahan dari
bahasa Ibrani Shalom) yang merupakan ekspresi dari kepenuhan,
kesempurnaan, atau ketenangan jiwa yang tidak dipengaruhi oleh keadaan ataupun
tekanan dari luar.
Untuk memiliki damai sejahtera dengan kualitas ini, maka mau tidak mau
manusia harus berdamai dengan Allah. Perdamaian itu diperoleh melalui
persekutuan dengan Kristus, percaya kepada karya penebusan-Nya dan hidup dalam
hubungan dengan Kristus. Hubungan ini digambarkan oleh Yesus seperti ranting
anggur yang harus selalu menempel (tinggal) pada Pokoknya (Yoh 15). Ketika
ranting anggur nempel di Pokoknya, maka Sang Pokok dapat menyalurkan nutrisi
dengan baik sehingga ranting menghasilkan buah. Memang di luar Sang Pokok ada
kehidupan lain yang juga memberi kedamaian seperti yang diakui Yesus sendiri (Yoh
14:27; Yoh 15: 5-6), namun kedamaian yang diberikan oleh dunia tidak memiliki
kualifikasi EIRENE. Damai yang diberikan dunia tergantung keadaan dan tekanan
dari luar.
Orang yang memandang penting KERAJAAN ALLAH adalah orang yang tidak
terpengaruh oleh hasil yang di dapat di dunia ini, baik itu keberhasilan atau
kegagalan. Jika mengalami sakit, orang seperti ini tetap mencari Tuhan dan
bukan mujizat-Nya, sembuh atau tidak itu urusan Tuhan. Ketika membayar
persepuluhan atau memberi persembahan, tidak buru-buru menengok lumbung
persediannya kalau-kalau Tuhan sudah melipat gandakan persembahannya itu.
Masalah dilipat gandakan atau tidak, itu urusan Tuhan. Tugasnya hanya memberi
dan membagi. Kalau Tuhan melihat kita perlu ada penambahan maka DIA akan
menambah, namun jika tidak, Allah tidak perlu memberi apa-apa. Sebab
jangan-jangan penambahan justru akan membuat kita menjauh dari Tuhan. Orang
seperti ini tidak dipusingkan dengan mobil atau motor. Yang dia tahu apa yang
dimiliki itu adalah hadiah yang terbaik dari TUHAN. Juga bukan berarti menjadi
pemalas, sebab orang seperti ini tahu panggilan Tuhan terhadap manusia yang
diciptakan sebagai HOMO LABORANS,
mahluk pekerja! Mereka tetap sebagai pekerja keras yang menerapkan etos kerja
tinggi, bekerja seperti untuk Tuhan dan bukan manusia (Kol 3:23).
Lawan kata dari Shalom adalah “kacau balau” (chaos dari bahasa Ibrani
Tohu wa-bohu). Dalam bahasa Perancis kata Ibrani ini diterjemahkan dengan “kebingungan
atau kesimpang siuran, sementara Bahasa Jerman menerjemahkan sebagai “kebingungan
besar”. Orang-orang yang tidak terhubung dengan Tuhan bisa saja memiliki damai,
tetapi saat tekanan dari luar datang, sangat mungkin membuat orang seperti ini
kehilangan damai yang mengakibatkan juga kehilangan kendali. Jika kita ke
gereja bukan karena mengingat TUHAN, melainkan berkat-berkat-NYA atau takut
masuk neraka jangan-jangan kita sedang terancam depresi atau kebingunan besar,
dengan kata lain sebenarnya tidak memiliki Shalom/Eirene
Jika Anda memandang penting KERAJAAN ALLAH, maka Anda akan membawa
kedamaian dimanapun, bukan pertengkaran atau kekacaubalauan. Karena damai
menyatu dengan Anda, ketika orang lain cemas, Anda mampu menenteramkan
pikirannya. Pembawa damai adalah seorang yang bisa membawa diri dengan baik,
dan menciptakan suasana menyenangkan, sehingga tidak menimbulkan kebencian dan
permusuhan.
Seberapa pentingkah
Kerajaan Allah bagi Anda?
Subscribe to:
Posts (Atom)