KERAJAAN ALLAH
(Bagian I Dikaiosune)
(Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan
dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh
Kudus. Roma 14:17)
Kerajaan Allah
merupakan dambaan seluruh manusia di atas bumi ini, lepas apapun agama dan kepercayaannya.
Masing-masing pembawa agama memberi gambaran tentang surge menurut pengalaman
mereka.
Kekristenan
memberikan gambaran inti bahwa Kerajaan ALLAH bukan perkara fisik ( I Kor 4:20;
Luk 17:20; Why 11:15-18; Why 19:11-21 dll). Tentu ini berbeda dengan beberapa
agama di dunia ini. Pemahaman Kerajaan Allah seperti yang digambarkan Alkitab
memang sulit dipahami akal manusiawi kita yang cenderung lebih mempercayai apa
yang terlihat dan terasakan. Mengacu
tulisan Paulus kepada Jemaat di Roma pada ayat di atas, Paulus menyebut tiga
hal yang bertalian erat dengan Kerajaan Allah. Makanan dan minuman
(penggambaran kenikmatan fisik) harus kita buang jauh-jauh.
Pertanyaan penting
bagi kita sebenarnya adalah; Seberapa penting Kerajaan Allah dalam hidup Anda?
Jika Kerajaan Allah menjadi penting, maka setiap tindakan dan tujuan hanya
diarahkan kepada Kerajaan Allah. Prioritas akan Kerajaan Allah mendorong
tindakan dengan mengaktualisasikan nilai-nilai Kerajaan itu sendiri.
Hidup kita di dunia
sebenarnya pelatihan yang diberikan Allah agar kelak saya dan Anda dapat
menikmati dan terhisab dengan suasana Kerajaan-NYA. Karena hidup merupakan
pelatihan, maka Allah menganugerahkan kita untuk bisa mencicipi suasana
Kerajaan-NYA di tengah-tengah dunia yang tidak sinkron ini.
Hal pertama, Nilai
Kerajaan ALLAH adalah KEBENARAN (Righteousness = Dikaiosune). Kata kebenaran
dalam Alkitab Perjanjian baru ada dua, yakni Aletheia (αληθεια
yang dihubungkan dengan kata Ibrani אֱמֶת
- EMETH" ). Kata ini diterjemahkan dalam bahasa Inggris Truth. Yang ke
dua adalah Dikaiosune (δικαιοσυνη
sepadan dengan kata Ibrani צדק
- TSADAQ) yang diterjemahkan dengan Righteousness.
Aletheia berarti
kebenaran mutlak yang menjadi dasar hukum suatu tindakan, yang merujuk kepada
pemahaman terhadap eksistensi TUHAN (Contoh: Yohanes 14:6). Banyak orang yang
menceritakan dan mengajarkan kebenaran, tetapi tidak ada yang berani berkata”
Akulah Kebenaran”. Hal yang harus diperhatikan, moral seseorang tidak berkaitan
secara langsung dengan ajaran. Bisa saja seorang penzinah mengajarkan kesucian,
atau pencuri mengajarkan nilai kedermawanan, seorang pemarah bisa saja mengajar
pengendalian diri. Kebenaran moral tidak bisa disampaikan dengan kata, tetapi
dengan contoh. Itu sebabnya tidak ada guru di dunia ini yang sungguh-sungguh
memahami dan melakukan Aletheia. Hanya Yesus.
Paulus tidak mempergunakan
Aletheia dalam ayat ini, melainkan Dikaiosune. Ini berarti Kerajaan Allah tidak
saja sumber moral, tetapi sebuah tindakan nyata. Dikaiosune selain berarti
righteousness juga bisa diterjemahkan equity (of character or act); specially
(Christian) justification. Jadi Dikaiosune lebih berarti tindakan adil dalam
karakter atau kebenaran dalam tingkah laku. Sumbernya jelas: Sang HUKUM Mutlak.
Sebab itu Dikaiosune
tidak bisa dilepaskan dengan Aletheia. Matius 22:37-39 mungkin menjadi contoh
ketrkaitan keduanya. Mengasihi TUHAN dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan
harus diaplikasikan dengan tindakan nyata kepada hukum ke dua, yang diberikan
nilai “yang sama dengan itu” yakni mengasihi manusia seperti diri sendiri.
Lewat pewahyuan yang jelas Paulus menegaskan agar apapun yang Anda perbuat,
melakukan dengan segenap hati seperti untuk TUHAN dan bukan untuk manusia
(Kol3:23) sebuah korelasi dari kedua arti kebenaran dan tentunya sangat
menekankan tindakan.
Contoh lain betapa Dikaiosune
berharga di mata TUHAN ketika sosok malaikat menemui seorang perwira di
Kaisarea. Dalam KPR 10:31 gamblang ditulis: dan ia berkata: Kornelius, doamu
telah didengarkan Allah dan sedekahmu telah diingatkan di hadapan-Nya. Allah
mendengar doa, namun tindakan kebenaran (sedekah) diingat TUHAN! Diingat tentu
sebuah penekanan kuat bahwa Allah menghargai tindakan kebenaran. Sebab itu pula
Yakobus mencela mereka yang sekedar memiliki iman, tetapi tidak disertai
perbuatan (Yak 2:26). Yakobus membahasakan mati: yang berarti tidak memiliki
kegunaan,
Jika kita menyatakan
bahwa Kerajaan Allah penting, maka harus membawa kebenaran dalam tindakan nyata
sehari-hari meski terkadang merugikan daging. Kebenaran tindakan membuat kita
akan dimerdekakan. Saya sedang membayangkan ketika pembahasan E-KTP di
parlemen. Seorang legislator tidak setuju dengan pembiayaan yang sedemikian
besar, padahal lewat pembiayaan itu, para legislator, pelaksana dan kontraktor
akan menerima imbalan yang sangat besar. Atas tindakan kebenaran itu, seorang A
Hok saat ini nyaman menjalani hukuman tanpa di pusingkan dengan salah satu
sekandal besar negeri ini. Itulah dikaiosune.
Seberapa penting Kerajaan Allah bagi Anda?
Seberapa penting Kerajaan Allah bagi Anda?
No comments:
Post a Comment