SEIMBANG
Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah
keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku
bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.
Filipi 1:21-22
Paulus
adalah contoh penganut kekristenan yang seimbang. Paulus paham betul bahwa
tujuan hidup adalah Kristus. Tindakan, bicara, rancangan, pikiran semua tertuju
kepada Kristus yang menjadi juruselamat. Menyadari betul bahwa dunia ini dan
segala isinya hanyalah sementara (II Kor 4:16-18), sehingga pandangannya tidak
ditujukan untuk dunia.
Namun
disisi lain sadar bahwa ia masih ada di dunia, menginjak bumi, yang mengharuskannya melakukan karya di bumi
ini. Ini membuatnya tidak hanya berfokus kepada keselamatannya, melainkan juga
mengerjakan keselamatan yang diterimanya. Maka jangan heran di tengah misi
penginjilan, Paulus tetap menjalankan usahanya membuat tenda. Jangan lupa, saat
itu Paulus juga seorang pengusaha Tenda yang sangat dibutuhkan masyarakat
terutama para gembala. Sehingga lewat usahanya ini, Paulus tidak saja
menghidupi dirinya sendiri, namun juga menghasilkan dana cukup untuk membiayai
perjalanan misinya.
Hari
ini banyak bermunculan pengajaran yang terlalu menekankan pada kehidupan surga,
sampai lupa bahwa mereka masih menginjak bumi. Segala sesuatu yang berurusan
dengan bumi dianggap menjijikka, berdosa
dan harus dihindari. Pengajaran Firman tentang berkat harus
diaplikasikan sebagai berkat rohani dengan menentang diberkati di bumi. Para
penganut ajaran ini menjadi eksklusive, sulit bergaul dengan dunia yang memang
sudah jatuh dalam dosa. Secara tidak sadar mereka sedang mendiskreditkan
manusia lain kelak sebagai penghuni neraka. Padahal, kita justru di utus
seperti domba di tengah-tengah srigala untuk memberitakan kabar baik.
Ajaran seperti ini kebanyakan
menjadi antitesa dari pengajaran banyak gereja yang menekankan di bumi harus
diberkati. Kalau tidak diberkati maka ada dosa atau kutuk. Sehingga jemaat
diajar untuk menikmati dunia ini dan sedikit menyinggung tentang kekekalan.
Kalau ada yang miskin berarti ada masalah yang harus dibereskan, karena ada
ikatan. Bahkan mereka menganggap bahwa setiap orang yang sakit karena berbuat
dosa. Dalam nalar theologia kita, ajaran ini sebenarnya benar, karena penyakit
ada di dunia ini setelah manusia jatuh dalam dosa. Tapi jika setiap orang yang
sakit pasti akibat dosa, itu tentu tidak bisa diterima.
Saya berharap kita tidak
seperti dua ajaran yang tidak seimbang tersebut. Seperti Paulus, fokus kita
adalah kekekalan, Langit Baru dan Bumi Baru! Namun jangan lupa bahwa kita hidup
di dunia yang harus kita layani. Kita tidak boleh serupa dengan dunia (Roma
12:2), namun harus menggunakan apa yang ada di dunia ini untuk tujuan
penginjilan. Kiranya Hidup Anda tetap seimbang di hadirat-Nya. Tuhan memberkati