Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: ”Pergilah dari negerimu dan
dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan
kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati
engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan
memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang
mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”
Kejadian 12:1-3
Setelah
kematian Terah ayahnya, Abram harus kembali melanjutkan perjalanan menuju tanah
yang terjanji. Usia Abram tidak muda lagi, sudah berusia 75 tahun. Sara berusia
65 tahun. Namun mereka tidak pernah meragukan janji Tuhan, bahwa keturunan
mereka kelak yang akan mewarisi tanah perjanjian itu.
Dimana
letak tanah yang dijanjikan Tuhan? Ketika menerima janji itu, Abram tidak
pernah bertanya seperti kita yang mengandalkan google maps saat mencari alamat.
Ketika membuka aplikasi itu, kita diarahkan dengan jelas belok kanan atau kiri,
masuk ke jalan apa dan berapa jauh serta estimasi waktu. Abram tidak memiliki
aplikasi ini. Ia hanya mengandalkan iman bahwa janji Tuhan tidak pernah
meleset.
Penting
untuk mengetahui bahwa Allah menuntun kita menggenapi setiap rancangan dan
rencana-Nya atas hidup kita. Dalam Roma 8:28, Paulus memberi pemahaman bahwa
Allah turut bekerja dalam segala perkara. Ini berarti setiap kisah atau
kejadian yang sekecil apapun dalam hidup orang percaya, Allah tetap turut
bekerja. Ini yang dialami oleh Abram. Banyak orang yang mengatakan bahwa
mengajak dan mengistimewakan Lot adalah sebuah kesalahan, karena Abraham
meragukan janji tentang keturunannya. Proposal keturunan yang akan mewarisi
tanah terjanji bukan saja tentang Lot yang adalah keponakannya. Setelah
terpisah dengan Lot, Abraham berpikir Eliezer (pelayan utamanya) yang akan
menjadi ahli warisnya (Kej 15:3), atau Ismael yang anak budak (Kej. 16:3). Namun
justru ketika Abram terpisah dari Lot, dia menyadari bahwa tanah yang diinjaknya
adalah tanah yang dijanjikan Tuhan (Kej. 13:14-18).
Anda
mungkin pernah menerima janji Allah atau nubuatan seorang hamba Tuhan
bertahun-tahun yang lalu. Namun sampai saat ini Anda tidak menemukan apapun
yang dijanjikan Allah itu. Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah: Anda
harus mempercayai setiap janji Tuhan, meski kelihatannya mustahil. Bahkan
mungkin Anda sudah melupakan janji Tuhan itu, tetapi Allah tetap membimbing
kita dalam segala perkara. Allah tidak pernah melupakan janjinya, dan janji Allah
tidak memiliki waktu kadaluwarsa.
Ambil
sebuah keputusan iman, yakini bahwa Allah sedang membawa Anda menggenapi setiap
janji-janji-Nya. Sebab jalan Tuhan dan cara-cara-Nya sulit untuk kita pahami.
Selamat menikmati janji-janji Tuhan dalam anugerah-Nya.
No comments:
Post a Comment